Loading...
Smiley face

Tujuan pendidikan di TK pada umumnya berguna untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak, dan membantu masyarakat awam. Selain itu, sebagai landasan arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan kreativitas yang diperlukan anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya (Alizamar dkk, 2017: 168).

Selama ini, anak TK di Indonesia diharapkan cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah dan diminta belajar mengikuti aturan, mendengarkan guru, bekerja mandiri, dan bekerja sama dengan teman sekelas untuk mencapai kecepatan yang sama, dan membangun hubungan yang positif dengan guru dan siswa lain. Namun kenyataannya, banyak anak tidak membentuk hubungan yang memuaskan dengan guru dan teman sekelasnya dan tidak memperoleh keterampilan akademik yang sama dengan teman sebayanya (K.Draper, et al: 2001:24). Kondisi ini tentunya menimbulkan berbagai permasalahan dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Fenomena yang hadir di lapangan antara lain ditemukan berbagai masalah psikologis yang dialami oleh  anak usia dini, seperti sikap yang suka menentang, memaksa, menuntut, sering mengganggu temannya, mengalami keterlambatan bicara, kesulitan komunikasi, dan gangguan psikologis lainnya. Muncul pula problem lain seperti di-bully oleh teman-temannya juga persoalan anak meniru perilaku bullying yang pernah terjadi di lingkungannya.

Dari hasil beberapa penelitian sebelumnya, keberadaan bimbingan dan konseling di lingkungan anak usia dini sebenarnya sangat diperlukan karena banyak masalah perilaku yang muncul pada diri siswa pada masa dewasa yang disebabkan oleh masa lalunya saat kecil. Layanan bimbingan dan konseling bertujuan membantu anak TK mencapai tugas perkembangannya sebagai anak.

Layanan Bimbingan dan Konseling

Secara formal, keberadaan bimbingan dan konseling di TK diakui sejak diberlakukannya kurikulum Taman Kanak-Kanak 1976 yang secara tegas tertuang dalam Buku III C Kurikulum TK 1976. Dalam Kurikulum 1994 juga ditegaskan pelaksanaan bimbingan dan konseling di TK dilaksanakan secara terpadu dalam kehidupan sehari-hari kegiatan belajar di taman kanak-kanak. Dengan demikian pelaksanaan bimbingan dan konseling di TK dilakukan oleh guru kelas yang merangkap sebagai guru pembimbing (Suranata & Sulastri, 2010: 12).

Layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada anak usia dini bertujuan untuk perkembangan kognitif, motorik, sosial, dan kemiskinan anak usia dini. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di TK belum memiliki standar acuan yang baku dari dinas pendidikan. Selama ini, pelaksanaan bimbingan dan konseling di TK merupakan pengembangan dan penyesuaian dari masing-masing yayasan/sekolah.

Bidang bimbingan yang dapat dilaksanakan untuk anak usia dini, yaitu bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, karier, kekeluargaan, dan keagamaan. Implementasi bidang ini cenderung dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas yang disampaikan oleh wali kelas/guru pusat.

Bimbingan konseling di TK diarahkan untuk memenuhi kebutuhan fisik, sosial dan emosional anak yang dirancang khusus dan disesuaikan dengan karakteristik anak TK yang gemar bermain.

Pendekatan Khusus

Di Indonesia, sekolah masih menjadi lembaga utama pelaksanaan bimbingan konseling secara formal, sehingga peran dari setiap elemen sekolah sangat mempengaruhi efektivitas layanan. Ada beberapa peran dan faktor yang mempengaruhinya.

Pertama, program bimbingan konseling bagi anak di sekolah sangat menunjang, maka program harus disusun dengan baik dan terencana. Kedua, peran guru kelas sangat penting karena guru memantau perkembangan anak dan juga bisa langsung memberikan layanan konseling bagi anak yang membutuhkan tanpa anak merasa terintimidasi.

Ketiga, perlunya pemahaman dan belajar teknik memberikan bimbingan konseling yang ramah anak dan tetap mengedepankan kebutuhan dan perkembangan anak. Keempat, pelibatan orang tua sangat penting dalam proses bimbingan konseling, karena nantinya mereka akan mendampingi serta melakukan pendampingan juga di rumah, sehingga perubahan sikap anak tercapai.

Kelima, tetap memperhatikan pendekatan metode bermain dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling. Bagi anak usia dini, bermain tetap menjadi metode yang efektif serta anak tidak merasa terintimidasi. Keenam, prioritaskan proses dan bukan hasil dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling bagi anak usia dini. Hal yang terpenting adalah anak paham dan mengerti sedang melakukan apa dan bukan perubahan atau hasil cepat yang diinginkan untuk dilihat. Tentunya peran dan faktor ini masih memerlukan inovasi serta kreativitas agar anak bisa mendapatkan manfaat dari layanan bimbingan dan konseling.

Mengingat anak usia dini sebagai penerima manfaat bimbingan dan konseling, maka ada beberapa hal yang barus diperhatikan. Pertama, identifikasi jenis masalah dengan komprehensif. Persoalan yang dialami anak usia dini secara umum masih tergolong pada sikap reaksi akan suatu hal, belum murni perwujudan sifat atau karakter dasar, sehingga generalisir masalah juga harus dihindari. Untuk itu, pastikan jenis masalah yang dialami oleh anak usia dini yang perlu bantuan adalah masalah yang betul-betul harus segera ditangani. Identifikasi masalah dengan baik akan memudahkan proses selanjutnya.

Kedua, pastikan hak dasar anak tetap terpenuhi. Artinya, anak tetap diberi kesempatan untuk berpendapat dan memiliki pemikiran sendiri. Guru atau konselor bertugas mengarahkan pemikiran dan pilihan tersebut agar sesuai dengan tujuan. Namun jangan juga terlalu banyak memberi nasihat karena dapat berimbas membuat anak merasa semakin tertekan dan kebingungan sendiri.

Ketiga, libatkan orang tua dalam sesi bimbingan dan konseling pada anak. Pelibatan tidak hanya ketika anak memerlukan bantuan, namun juga dalam perencanaan dan prosesnya. Hal ini tentu akan membuat layanan bimbingan konseling efektif dan sesuai kebutuhan anak.

Keempat, bimbingan konseling dilakukan dengan kondisi dan suasana yang menyenangkan bagi anak. Sehingga anak tidak takut dan tidak merasa trauma dengan permasalahan yang dihadapi ataupun proses bimbingan konseling yang dilakukan. Melibatkan suasana yang menyenangkan akan semakin mudah untuk menyembuhkan kondisi anak.

Kelima, bimbingan konseling inovatif dan komprehensif, yakni dengan melakukan berbagai pendekatan teknologi yang membuat anak tidak bosan dan tidak terfokus pada personal konselor atau guru.

Dalam memberikan layanan bimbingan konseling, kesiapan dan kondisi psikologis anak tetap menjadi pertimbangan yang utama. Jangan berpatok pada hasil yang harus diselesaikan anak. Tetap prioritaskan proses yang menyenangkan dan menenteramkan anak sehingga masalah bisa terselesaikan dan anak mendapatkan kebahagiaan. 


Ketua Yayasan

Motivasi